TEMPO.CO, Jakarta – Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) mengatakan industri penerbangan Indonesia terkena dampak devaluasi rupiah.
“Dengan nilai tukar rupiah yang berada di angka 16.000 rupiah per dolar AS, maka anggaran operasional penerbangan tidak bisa dikompromikan dengan nilai tukar rupiah,” kata Ketua AJP Alvin Lee di Jakarta, Jumat. Pada Jumat pagi, nilai tukar rupiah mencapai 15.920 per dolar AS.
Alvin juga mencatat, ada tiga komponen utama dalam rencana anggaran operasional penerbangan, yakni avtur sekitar 36 persen, pemeliharaan 16 persen, dan sewa 14 persen, sehingga totalnya mencapai 66 persen. Entitas ini mengikuti nilai tukar rupiah yang mengambang.
“Jadi ketika rupiah melemah maka akan sangat membebani industri penerbangan, khususnya maskapai penerbangan Indonesia yang bergantung pada rute domestik,” ujarnya.
Tiket rute domestik dijual dalam rupiah dan biaya industri penerbangan dalam dolar AS. “Jadi di atas kertas, sepertinya maskapai penerbangan memperoleh keuntungan, meski menguntungkan. Itulah tantangan yang dihadapi maskapai penerbangan setiap hari.”
AMELIA RAHIMA SARI | di antara
klik disini Untuk mendapatkan berita terkini dari Tempo di Google News
Quoted From Many Source